Kegiatan
belajar mengajar merupakan sistem yang saling berkaitan, sistem tersebut terdiri
dari: guru, siswa, dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut saling terhubung antara satu dan lainnya untuk menghasilkan sebuah
tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Meningkatnya hasil belajar siswa
merupakan salah satu bentuk keberhasilan pendidikan. Media dan model pembelajaran
yang digunakan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran.
Proses
pembelajaran yang berlangsung cenderung terkesan monoton dan terkadang kurang
menarik bagi siswa, hal ini dikarenakan pembelajaran tatap muka di kelas lebih
banyak menggunakan metode ceramah dan belum divariasikan dengan metode pembelajaran
lainnya. Fakta lain yang ditemukan adalah proses pembelajaran yang masih
berpusat kepada guru (teacher-centered) dimana guru bersifar aktif, yang
menjadikan dirinya sebagai sumber belajar, sementara siswa cenderung bersifat pasif
karena hanya mengandalkan guru saat pertemuan tatap muka untuk mendapatkan materi
pelajaran, guru memberikan materi pelajaran dengan menuliskan materi di papan tulis
dan siswa menyalinnya pada buku catatan masing-masing. Untuk membuat
pembelajaran lebih menarik perlu dikembangkan model pembelajaran interaktif,
salah satunya dengan model pembelajaran Flipped Classroom.
Flipped
classroom merupakan suatu cara yang dapat diberikan oleh pendidik dengan
meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktik mengajar mereka sambil
memaksimalkan interaksi satu sama lain. Flipped classroom adalah sebuah
strategi pembelajaran dalam blended learning yang membalikkan struktur belajar
“kelas” dan metode pembelajaran. Biasanya proses pemberian materi dilakukan di
sekolah dan pendalaman materi dapat dilakukan di luar sekolah melalui tugas,
diskusi, dan lain sebagainya. Dalam flipped classroom, berlaku sebaliknya.
Pemberian materi/lecturing diberikan di
luar sekolah dan kegiatan pendalaman materi atau konsep yang telah diberikan
sebelumnya dilakukan di sekolah melalui diskusi, pemecahan masalah, pemikiran
kritis, dan lain sebaliknya. Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk
memperdalam lagi pengetahuannya di luar kelas melalui rangkaian asesmen dan
evaluasi.
Flipped
classroom memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai materi pelajaran dengan
lebih fleksibel. Strategi ini juga dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
belajar sehingga menjadi lebih aktif. Bagi guru, flipped classroom memberi
kesempatan guru untuk mendampingi siswa lebih baik lagi dan juga memberikan
pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa dengan kebutuhan dan karakteristik yang
berbeda. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa flipped classroom
adalah membalik kelas dari yang dulunya di kelas sekarang di balik di rumah.
Siswa diberi bahan ajar dahulu untuk dipelajari di rumah sebelum masuk kelas
dan kegiatan di kelas yaitu penguatan materi yang belum dipahami dan
mengerjakan latihan-latihan soal.
Menurut
Basal (2015:34) Kelebihan strategi flipped classroom antara lain:
1. Waktu
di kelas lebih banyak
2. Kesempatan
untuk pembelajaran yang dipersonalisasi
3. Kesempatan
untuk belajar yang berpusat pada siswa
4. Interaksi
antara siswa dan guru lebih banyak
5. Peningkatan
motivasi siswa
6. Lingkungan
belajar yang penuh dengan alat yang familiar
Menurut
Schiller (2013: 63) kekurangan flipped classroom:
1. Siswa
yang baru mengenal metode ini butuh adapatasi karena belajar mandiri di rumah,
konsekuensinya mereka tidak siap dengan pembelajaran aktif di dalam kelas.
Solusi masalah ini dengan cara memberikan kuis salah satunya online, di kelas,
memberikan PR untuk referensi informasi.
2. Pekerjaan
rumah (bacaan dan video)harus disesuaikan dengan hati-hati untuk mempersiapkan
mereka pada kegiatan di kelas.
3. Membuat
bahan ajar berkualitas yang bagus sangat sulit.
Langkah-Langkah
Pembelajaran (Sintaks) Flipped Classroom
Menurut
Bishop (2013: 17), berikut adalah langkah-langkah pembelajaran dengan strategi
flipped classroom:
1. Fase
0 (Siswa belajar mandiri) sebelum dilaksanakan pembelajaran, siswa belajar
mandiri di rumah mengenai materi untuk pertemuan berikutnya dengan mempelajari
bahan ajar yang sudah diberikan oleh guru saat akhir pembelajaran.
2. Fase
1 (Datang ke kelas untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dan mengerjakan
tugas yang berkaitan) pada pembelajaran di kelas, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok secara acak untuk mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi yang
sudah dipelajari di rumah dan juga diberi kuis di awal pembelajaran untuk
mengukur pemahaman awal siswa saat belajar di rumah.
3. Fase
2 (Menerapkan kemampuan siswa dalam proyek dan simulasi lain di dalam kelas)
Siswa melakukan diskusi bersama kelompoknya. Peran guru adalah memfasilitasi
berjalannya diskusi. Di samping itu, guru juga menyiapkan beberapa pertanyaan
dari materi tersebut. Sedangkan yang dimaksud proyek pada strategi pembelajaran
ini adalah lembar kegiatan yang dikerjakan oleh siswa untuk menerapkan
kemampuan pemahamannya.
4. Fase
3 (Mengukur pemahaman siswa yang dilakukan di kelas pada akhir materi
pelajaran) Sebelumnya, guru telah menyampaikan jika akan dilakukan kuis pada
setiap akhir pertemuan sehingga siswa benar- benar memahami setiap proses
belajar yang telah di lalui saat di kelas. Peran guru disini adalah sebagai
fasilitator.