KEBERADAAN BAHASA JAWA DALAM KURIKULUM MERDEKA

0



KEBERADAAN BAHASA JAWA DALAM KURIKULUM MERDEKA
Endrik Rukminto, S.Pd.

    
    Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia yang sangat menentukan nasib bangsa. Dunia pendidikan tidaklah sebatas mengetahui ilmu dan memahaminya, akan tetapi sangat berhubungan dengan dunia nyata. Di era digitalisasi saat ini, pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan anak bangsa, agar terus maju, dan berdaya saing.

Melalui pendidikan, dapat tercipta generasi berkarakter yang mampu mengaktualisasikan diri menjadi ujung tombak kemajuan peradaban. Pendidikan diharapkan mampu membentuk peserta didik yang dapat mengembangkan sikap, keterampilan dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas, serta berakhlak mulia. Untuk itu, diperlukan berbagai langkah strategis guna mendukung tercapainya tujuan tersebut. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mengganti kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka yang sebagaimana diatur dalam Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Bahasa Jawa adalah suatu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia, yang hidup dan tetap dipergunakan dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Jawa merupakan pelajaran muatan lokal yang dapat melestarikan bahasa ibu sekaligus sebagai pendidikan karakter yang memuat banyak kearifan lokal sehingga perlu dilestarikan agar tidak hilang keberadaannya.

Pemberdayaan pembelajaran bahasa Jawa perlu dioptimalkan dalam upaya mempertahankan kekayaan budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Pembelajaran bahasa Jawa diharapkan mampu membantu peserta didik mengenal dirinya, lingkungannya, menerapkan dalam tata krama budayanya, menghargai potensi bangsanya, sehingga mampu mengemukakan gagasan dan dapat menemukan serta menggunakan kemampuan analisis, imajinatif dalam dirinya.

Bahasa Jawa selain menjadi sebagai pembelajaran di Sekolah, bahasa Jawa juga mempunyai fungsi yang lebih luas. Menurut Supartinah (2010) fungsi bahasa Jawa antara lain (1) bahasa Jawa adalah Bahasa budaya disamping berfungsi sebagai sarana perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilai-nilai luhur; (2) sopan santun berbahasa Jawa berarti mengetahui akan batas-batas sopan santun, mengetahui cara menggunakan adat yang baik dan mempunyai rasa tanggungjawab untuk perbaikan hidup bersama; (3) agar mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan diri pribadi seseorang, maka syarat yang harus ditempuh yaitu pandai menegangkan perasaan orang lain didalam pergaulan, pandai menghormati kawan maupun lawan dan pandai menjaga tutur kata, tidak kasar dan tidak menyakiti hati orang lain.

Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan bangsa Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman budayanya. bahasa Jawa merupakan salah satu dari bahasa daerah di Indonesia yang keberadaannya ikut mewarnai keragaman budaya bangsa Indonesia. Penggunaan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna bahasa Jawa adalah salah satu cara untuk melestarikan bahasa Jawa. bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang mempunyai peran strategis dalam membentuk watak dan kepribadian peserta didik di sekolah dan nantinya diterapkan di masyarakat. Melalui pembelajaran unggah-ungguh basa, tata krama, memahami dan mengenal kekayaan seni dan budaya tradisi. bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur (speech levels) atau undha-usuk atau unggah ungguhing-basa (Mulyana, 2008). Pembelajaran bahasa Jawa berfungsi untuk memperkenalkan peserta didik mengenal dirinya dan budaya daerahnya serta mendukung kompetensi yang sedang dipelajari di sekolah juga mengarah pada pembentukan kepribadian dan penguat jati diri masyarakat Jawa yang tercermin pada pocapan, patrap, dan polatan.

Pembelajaran bahasa Jawa memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Kekhasan ini tersirat pada keharusan guru memberikan keteladanan dalam berbagai hal yang dipelajari karena secara khusus mata pelajaran bahasa Jawa merupakan pelajaran penanaman nilai budaya. Pemerintah melalui Kemendikbudristek telah mengatur proporsi beban belajar untuk setiap muatan atau mata pelajaran. Proporsi beban belajar diatur untuk pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah yang menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah, secara fleksibel dapat mengelola kurikulum muatan lokal. Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut :

1.     Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menentukan capaian pembelajaran untuk muatan lokal, kemudian memetakannya ke dalam mata pelajaran lain.

2.     Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila.

3.     Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Sebagai contoh mata Pelajaran Muatan Lokal bahasa Jawa dapat diajarkan pada Kurikulum Merdeka. Ini melalui Struktur Kurikulum yang diakomodasi dengan 72 jam pelajaran pertahun.

Keunikan dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa yang ada diantaranya memang adanya beragam unggah-ungguh yang berkaitan erat dengan adab atau sopan santun. Dari penjelasan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Muatan Lokal Bahasa Jawa harus tetap dipakai dalam kurikulum merdeka dan pembelajaran dimulai sejak dini. Melalui pembelajaran bahasa yang memperhatikan undha usuk basa diharapkan mampu membiasakan peserta didik untuk menerapkan prinsip unggah-ungguh basa sebagai tindakan yang merupakan manifestasi kesantunan berbahasa dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Diajarkan melalui keteladanan dan pembiasaan pada setiap kesempatan, baik dalam proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Harapannya, dengan penerapan kurikulum baru, khususnya di mata pelajaran bahasa Jawa, peserta didik mampu membangun karakter dan mengembangkan diri sebagai upaya menjaga tradisi dan jati diri budaya Jawa.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)